https://www.profitabletrustednetwork.com/pe1vwha8t?key=fa48c0b097570e95937f91d6d325180b Ilmu Yang Bermanfaat: Hubungan dan Makna IQ dengan Prestasi Anak

Translate

Monday, April 23, 2012

Hubungan dan Makna IQ dengan Prestasi Anak


IQ

MAKNA DAN HUBUNGAN DENGAN PRESTASI ANAK

Maysandi Adidarma P




IQ, Sejarah dan Maknanya
Salah satu istilah dalam bidang psikologi yang mungkinterkenal saat ini adalah IQ. Apalagi menjelang saat saat kenaikan kelas atau pendaftaran sekolah,hasil dari tes IQ sering dicari dan dikejar oleh orang tua maupun anak. Dan ketika melihat hasil score yang tinggi, orang tua akan menarik nafas lega yang berarti anak itu padai. Juga bisa dipastikananak itu akan diterima di sekolah yang diinginkan atau favorit dan berhasil menempuh pelajaranya.
Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan IQ?
Perkataan IQ sebenarnya merupakan singkatan dari Intelligence Quotient. Istilah ini mulai digunakan sekitar tahun 1900-an. Dan pada tahun 1904 MenteriPendidikan Perancismembentuk suatu panitia untuk mencari tahu mengapa jumlah murid sekolah dasar senantiasa keterbelakang menerima pelajaran dan tidak naik kelas
Tahun 1905 Alfred Binet mempublikasikan tes inteligensi yang disebut Skala Binet Simon. Skala ini disusun untuk membantu pihak sekolah dalam memberdayakan anak yang intelegensinya rendah, yang kurang berhasil dalam sekolah dan anak yang intelegensinya normal. Kemudian ahli-ahli dari Amerika melakukan perbaikan atau revisi terhadap skala Binet Simon ini dan hasilnya adalah yang dikembangkan oleh Lewis Terman dari Universitas Stanford, yang sering dikenal dengan nama skala Stanford Binet. Nah dari skala nilah Iq mulai dikembangkan.
Sebenarnya IQ adalah perbandingan atau ratio (quotient) antara umur mental (Mental Age/ MA) dan umur Kronologis (Choronological atau Calendar Age/ CA) dari anak. Contohnya, Andi yang terlahir dibulan Maret tahun 2004 mempunyai umur kronologis 8 tahun pada Maret 2012. Andi dapat menyelesaikan soal Intelegensi sampai batas usia 10 tahun, maka dikatakan umur mentalnya 10 tahun, dari perbandingan umur mental dan umur kronologis Andi diperoleh IQ 125.
Bagaimana Cara Menghitung IQ sehingga mendapatkan nilai 125?
Sederhana sekali.
Rumusnya adalah
MA : CA X 100
Contoh
 10 : 8 X 100 = 125
Cara penghitungan IQ yang cukup sederhana ini memang cukup tepat bila diterapkan pada anak-anak. Tapi tidak ditujukan pada orang dewas, yang pertumbuhaan mentalnya telah berakhir. Karena terdapat penghitungan lain untuk orang dewasa


IQ dan Prestasi Sekolah
seoarang ang mempunyai tingkat intelegensi yang sama namun mengapa diperleh hasil yang berbeda saat raport dibagikan, mungkin ini dikarenakan dari berbagai faktor mungkin anak tersebut cukup andai namun tidak ulet juga faktor kesulitan dlam mental (frustasi/ stres) juga dikarenakan tidak adanya dorongan atau hasrat berprestasi yang rendah dibawah kemampuan beprestasiya (IQ). dorongan berprestasi ini menyebabkn semangat juang yang mengebu-gebu. bia juga anak malas dikarenakan terlalu dimana oleh orang tua. IQ memang jembatan untuk mengetahui masa depan anak namun ada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Menurut penelitian , Thurstone (Psikolog), menyebutkan bahwa ada 7 faktor utama dalam intelegensi yaitu
  1. Kemampuan verbal,
  2. Kelancaran kata-kata,
  3. Keampuan berhitung,
  4. Kemampuan ruang,
  5. Ingatan,
  6. Kemampuan Persepsi,
  7. Kemampuan Penalaran.
sedang menurut Guilford, menyebutkan ada 120 fktor dalam intelegensi.
oleh karena itu menurut Maysandi Adidarma bahwa kemampuan IQ memang dapat menjadi olak ukur masa depan seorang anak namun kemampuan itu tidaklah menjadi "Raport" yang memastikan bahawa di dapat berprestasi maksimal, maka perlunya adanya semangat pantang menyerah dan berprestasi walau si anak memilii Score IQ yang rendah namun pasti ada kelebihan lain, karena seorang yang sucses tidak ditentukan pada IQ saja namun juga EQ, SQ (Spiritual Quotient) dll



Perlunya mengartikan IQ dan EQ

Seringkali orang salah mengartikan intelegensi dengan hanya melihat satu kemampuan saja. Pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana seseoran yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan. Akan tetapi, kenyataannya dalam lapangan kerja yang semakin kompetitif dan spesialistis, membuat tidak seorangpun individu atau institusi yang dapat mencapai tujuan mereka tanpa harus bekerja sama dalam tim, karenanya setiap orang dituntut untuk berkemampuan bekerja sama dengan orang lain.
Ada seseorang anak yang sangat mampu dalam pelajaran logika atau menghitung khususnya matematika, namun ada juga seorang anak yang tidak memiliki kecerdasan dakam pelajaran tersebut, namun dia memiliki potensi misalnya menggambar. Banyak orang berpandangan, bahwa jika seseorang memiliki kemampuan eksakta atau berhubungan dengan pelajaran, maka masa depan anak itu akan sukses, karena memiliki kemampuan untuk menghitung. Padahal setiap kemampuan orang masing-masing berbeda-beda. Orang yang sangat ahli matematika belum tentu ahli dalam seni, olahraga, musik dan lain-lain. Bahkan orang yang sangat pandai dalam pelajaran belum tentu sukses seperti seniman terkenal yang belum tentu mereka memiliki pendidikan yang tinggi, bahkan mungkin malah putus sekolah.
Seorang psikolog dari Yale University, Peter Salovey melakukan suatu penelitian, melalui sebuah tes sederhana dimana anak-anak berusia 4 tahun diundang masuk ke dalam suatu ruangan dan diberi instruksi sbb, "Siapa yang mau satu buah permen marshmallow sekarang ini bisa langsung mendapatkannya (kelompok I), tapi jika ada yang mau menunggu sampai saya kembali, akan mendapatkan 2 buah permen (kelompok II)." Kemudian peneliti itu meninggalkan ruangan tersebut Kelompok I seketika itu juga mengambil marshmallow saat peneliti keluar ruangan. Kelompok II menunggu sampai peneliti kembali. Kemudian hasil pengelompokan anak dicatat dan para peneliti menindaklanjuti sampai dengan anak-anak tersebut tumbuh berkembang memasuki usia sekolah lanjutan (SLA).

Rupanya terjadi perbedaan yang berarti di antara kedua kelompok anak tersebut. Kelompok anak yang memperoleh dua buah marshamallow memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik, lebh populer, berjiwa petualang, percaya diri dan mandiri daripada kelompok yang pertama. Sedangkan kelompok anak yang pertama lebih bersifat menyendiri, mudah frustasi, keras kepala, tidak tahan stres, pemalu dan menghindari tantangan. Ketika kedua kelompok mengambil tes bakat yang berhubungan dengan pelajaran akademik sekolah, kelompok II yang mampu bertahan, mendapat nilai sebesar 210 poin daripada kelompok I (nilai bervariasi mulai dari yang terendah 200 sampai dengan 800 poin, dengan angka rata-rata 500 poin untuk seluruh murid).
Sejak kecil kemampuan untuk berikap sesuai dengan peraturan merupakan bagian dari yang disebut istilah EQ. Peter menyatakan, bahwa IQ menyebabkan seseorang mendapat suatu pekerjaan, sedangkan EQ menyebabkan seseorang mendapatkan promosi (kenaikan pangkat/jabatan) dalam pekerjaan itu. Beliau juga menyarankan pentingnya mendefinisikan dalam dunia yang kompleks ini apa sebenarnya arti menjadi cerdas.
Singkatnya ketika seseorang akan memprediksi sukses yang akan datang, kekuatan otak sebaimana diukur oleh IQ dari achievement test, sesungguhnya lebih kecil dibanding kekuatan karakter, atau EQ-nya. Definisi IQ (Intelligence Quotient) adalah seberapa cerdas seseorang, sedangkan definisi EQ (Emotional Quotient) adalah seberapa baik seseorang mempergunakan kecerdasan yang dimilikinya.


Sumber : Berbagai Buku Psikologi Anak dan Internet